Kehadiran Papa Fransiskus sangat membuka mata batin kami tentang sosok seorang pemimpin yang sangat sederhana, penuh persaudaraan dan belarasa, hati kami diteguhkan dalam panggilan sebagai pengikut Kristus. Kesederhanaan yang ia teladankan memilih penerbangan komersial dari Roma ke Indonesia, memilih menaiki mobil inova sederhana hal lain bahwa beliau memilih menginap di kedutaan tidak menerima tawaran menginap di hotel mewah. Bahkan jam tangan yang beliau kenakan menjadi sorotan publik yang ternyata harga murah, Sementara itu sedang perbincangan hangat di Indonesia dimana banyak pejabat publik hidup mewah dan berfoya-foya menggunakan fasilitas negara.
Saat melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan mobil, beliau selalu duduk disebelah supir sambil melambaikan tangan pada orang-orang yang menyambutnya di jalanan. Pemandangan yang indah, seakan mengatakan “aku tak mempunyai musuh ditempat ini, maka aku tak harus memakai mobil anti peluru untuk melindungi diri”. Paus Fransiskus seakan mengatakan Indonesia adalah tempat yang aman dan ramah untuk kehadirannya.
Perjumpaan demi perjumpaan dengan berbagai kelompok telah terjadi seperti yang diagendakan panitia. Para Suster PI mendapat undangan untuk menghadiri audiensi Paus dengan biarawan biarawati di Katedral dan undangan untuk Misa bersama kurang lebih 90.000 Umat di Gelora Bung Karno. Dalam Audiensi Paus mengatakan bahwa iman, persaudaraan dan belarasa sebagai tema dari kunjungannya adalah tiga kebajikan yang mengekspresikan perjalanan gereja dan negara Indonesia. Audiensi ditutup dengan berkat dari Paus Fransiskus untuk biarawan biarawati dan seluruh undangan yang hadir.
Hal yang sangat mengharukan bagi kami, saat mengikuti Misa Akbar di Gelora Bung Karno. Kurang lebih 90 ribu umat datang sebagai perwakilan dari tiap Keuskupan berbagai paroki. Saat Mobil Paus memasuki stadion, kami dengan sukacita bernyanyi “Viva il Papa, Viva Papa Franceso. Welcome to Indonesia Papa Franceso, Bienvenido Papa Fransisco”. Kemudian lagu-lagu kebangsaan dikumandangkan sebelum perayaan Ekaristi, membuat semakin dalam menghayati semboyan 100% Indonesia, 100% Katolik. Hal yang juga menyentuh adalah, sesaat sebelum perayaan ekaristi, hujan mengguyur stadion, lalu Rm Yus, sebagai MC mengajak umat berdoa 10 kali salam Maria, dan luar biasa, cuaca menjadi sangat baik, dan terang benderang sampai acara selesai.
Kami bersyukur, terharu, penuh sukacita dapat berjumpa dengan Paus Fransiskus dengan lebih dekat. Hari-hari perjumpaan itu, dan bahkan sesudahnya, tiada hentinya kami menceritakan tiap pengalaman, kebaikan dan kisah yang menyertai kunjungan Paus Fransiskus. Hati kami menangis saat melihatnya berjumpa dan menyapa orang-orang yang berkebutuhan khusus. “Buatlah kehebohan, keramaian yang penuh sukacita agar banyak orang semakin mengagumi Kristus dan agar semakin banyak sukacita yang tercurah dalam kehidupan”
Terimakasih Papa Fransiskus, telah menjumpai kami anak-anakmu, anak-anak yang merindukan bapak, anak-anak yang sangat tersentuh melihat senyum yang menghiasi wajahmu walau tampak keriput dan kelelahan, umat yang belajar dari keteladanan seorang pemimpin yang sederhana. Kami bangga padamu, kami cinta padamu, kami berdoa untukmu. Saatnya engkau kembali, sama seperti kami yang kembali melanjutkan peziarahan kami. Kami akan belajar memilih kesederhanaan sebagai bentuk belarasa pada mereka yang menderita, menyentuh tangan mereka yang kami layani, berdamai dengan kegagalan yang pernah kami alami.
“dan ingatlah bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan lelah untuk menabur”- Paus Fransiskus –
Salam sukacita
Sr. Maria Rosa, SDP
GENERALAT DER SCHWESTERN VON DER GÖTTLICHEN VORSEHUNG
Breul 22 a
48143 Münster
Telefon: 0251 41350
vorsehungsschwestern@
generalat.de